Pages

Last But Not Least

Setiap cerita selalu punya akhir. Tapi dalam kehidupan sebuah akhir, hanyalah sebuah awal yang baru.

Let's Make Dream

Kita selalu butuh seorang sahabat yang pemimpi dan pengkhayal. Agar kita tahu dunia tak sesempit tempat kita tinggal.

Small Something

Kamu adalah karya Tuhan yang paling sempurna, oleh karena itu syukurilah segala yang ada pada dirimu.

Start Fly

Jika anda ingin terbang, anda harus meninggalkan kekhawatiran yang selama ini menghambat anda.

Just Beginning

"Nanti" adalah kata yang pastinya membuang waktu. Kalau bisa dikerjakan sekarang lebih baik anda mengerjakannya.

Minggu, 25 Mei 2014

Pak Raden, Hidup Lewat Lukisan

   Masih Ingat Pak Raden dalam serial cerita anak-anak Si Unyil? Seluruh masyarakat Indonesia sudah pasti kenal.
Siapa sih yang tak kenal Pak Raden alias Drs. Suyadi. Meski begitu tidak banyak orang tahu kalau kini pria kelahiran Puger, Jember, Jawa Timur, 28 November 1932, ini ternyata pelukis. Bahkan di usianya yang ke 82 ini, ia masih aktif melukis dan menggantungkan hidupnya lewat lukisan.

   "Terus aktif berkreasi dalam hal apa saja, kayak melukis. Kalau ada yang mau ya dijual, kalau nggak dijual saya mau makan apa," kata pria yang identik dengan kumis sebesar kepalan tangan ini.

   Tidak sedikit lukisan Pak Raden terpampang di dinding rumahnya. Pencipta Si Unyil itu mengatakan, dirinya akan diundang pada bulan Agustus mendatang untuk pamaeran lukisan kebudayaan.

   "Kalau lukisan apa saja, Saya dulu pernah diminta IKJ untuk pameran lukisan kebudayaan. Bulan Agustus nanti saya juga diminta untuk ikut pameran kebudayaan," jelasnya lulusan seni rupa Institut Teknologi Bandung (1952-1960) yang kemudian meneruskan belajar animasi ke Prancis (1961-1963) itu.

   Pak Raden mengaku pertama kali bisa memegang kapur atau arang, saat itulah ia mulai menggambar. Contoh kecil hasil coretannya, bisa dilihat pada buku Pelajaran Bahasa Indonesia "Ini Budi", siapapun kelahiran antara 70-an sampai 90-an awal pasti mengenal buku ini.

   Dan untuk pertama kalinya Pak Raden menggelar pameran tunggal seni lukisnya. Sebanyak 23 lukisan, sekitar 18 drawing dan sketsa, yang kesemuanya menggambarkan kehidupan seni pertunjukan rakyat. Baik yang di atas panggung, maupun yang ada di balik panggung. Untuk lukisan, ia sendiri yang megumpamakan aliran lukisannya sebagai figuratif naratif.

Kamis, 15 Mei 2014

Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah


Ada tiga faktor penyebab rendahnya mutu pendidikan yaitu :
  1. kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan educational production function atau input-input analisis yang tidak consisten;
  2. penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik;
  3. peran serta masyarakat khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan sangat minim (Husaini Usman, 2002).
Berdasarkan penyebab tersebut dan dengan adanya era otonomi daerah , dan tutuntan era global maka kebijakan strategis yang diambil Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dalam meningkatkan mutu pendidikan untuk mengembangkan SDM adalah :
1)      Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (school based management) dimana  sekolah diberikan kewenangan untuk merencanakan sendiri upaya peningkatan mutu secara keseluruhan;
2)      Pendidikan yang berbasiskan pada partisipasi komunitas (community based education) di mana terjadi interaksi yang positif antara sekolah dengan masyarakat, sekolah sebagai community learning center; dan
3)      Dengan menggunakan paradigma belajar atau learning paradigm yang akan menjadikan pelajar-pelajar atau learner menjadi manusia yang diberdayakan.
Selain itu pemerintah telah mengumumkan suatu gerakan nasional untuk peningkatan mutu pendidikan, sekaligus menghantar perluasan pendekatan Broad Base Education System (BBE) yang memberi pembekalan kepada pelajar untuk siap bekerja membangun keluarga sejahtera. Dengan pendekatan itu setiap siswa diharapkan akan mendapatkan pembekalan life skills yang berisi pemahaman yang luas dan mendalam tentang lingkungan dan kemampuannya agar akrab dan saling memberi manfaat. Lingkungan sekitarnya dapat memperoleh masukan baru dari insan yang mencintainya, dan lingkungannya dapat memberikan topangan hidup yang mengantarkan manusia yang mencintainya menikmati kesejahteraan dunia akhirat.
Untuk merealisasikan kebijakan diatas maka sekolah perlu melakukan manajemen peningkatan mutu. Manajemen Peningkatan Mutu (MPM) ini merupakan suatu model yang dikembangkan di dunia pendidikan, seperti yang telah berjalan di Sidney, Australia yang mencakup :
a)      School Review,
b)      Quality Assurance, dan
c)    Quality Control, dipadukan dengan model yang dikembangkan di Pittsburg, Amerika Serikat oleh Donald Adams, dkk. Dan model peningkatan mutu sekolah dasar yang dikembangkan oleh Sukamto, dkk. Dari IKIP Yogyakarta (Depdikbud,2000) 

Manajemen peningkatan mutu sekolah adalah suatu metode peningkatan mutu yang bertumpu pada sekolah itu sendiri, mengaplikasikan sekumpulan teknik, mendasarkan pada ketersediaan data kuantitatif & kualitatif, dan pemberdayaan semua komponen sekolah untuk secara berkesinambungan meningkatkan kapasitas dan kemampuan organisasi sekolah guna memenuhi kebutuhan peserta didik dan masyarakat. Dalam Peningkatan Mutu yang selanjutnya disingtkat MPM, terkandung upaya :
a)      mengendalikan proses yang berlangsung di sekolah baik kurikuler maupun administrasi,
b)      melibatkan proses diagnose dan proses tindakan untuk menindak lanjuti diagnose,
c)     memerlukan partisipasi semua fihak : Kepala sekolah, guru, staf administrasi, siswa, orang tua dan pakar.

Adapun penyusunan program peningkatan mutu dengan mengaplikasikan empat teknik :
a)      Sekolah Tinjauan,
b)      Benchmarking,
c)      Jaminan Kualitas, dan
d)      Kualitas Kontrol
 Berdasarkan “Panduan   Manajemen Sekolah ( Depdikbud 2000) dijelaskan sebagai berikut :
A)     Sekolah Tinjauan
Suatu proses dimana seluruh komponen sekolah bekerja sama khususnya dengan orang tua dan tenaga profesional (ahli) untuk mengevaluasi dan menilai efektivitas sekolah, serta mutu lulusan.
Sekolah Tinjauan dilakukan untuk menjawab pertanyaan berikut :
1.      Apakah yang dicapai sekolah sudah sesuai dengan harapan orang tua siswa  dan siswa sendiri ?
2.      Bagaimana prestasi siswa ?
3.      Faktor apakah yang menghambat upaya untuk meningkatkan mutu ?
4.      Apakah faktor-faktor pendukung yang dimiliki sekolah ?
Sekolah Tinjauan akan menghasilkan rumusan tentang kelemahan-kelemahan, kelebihan-kelebihan dan prestasi siswa, serta rekomendasi untuk pengembangan program tahun mendatang.


B)         Benchmarking :
Suatu kegiatan untuk menetapkan standar dan target yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu. Benchmarking dapat diaplikasikan untuk individu, kelompok ataupun lembaga.
Tiga pertanyaan mendasar yang akan dijawab oleh benchmarking adalah :
1.      Seberapa baik kondisi kita?
2.      Harus menjadi seberapa baik?
3.      Bagaimana cara untuk mencapai yang baik tersebut?

Langkah-langkah yang dilaksanakan adalah :
1.       Tentukan focus;
2.       Tentukan aspek/variabel atau indikator,
3.       Tentukan standar ;
4.       Tentukan gap (kesenjangan) yang terjadi.;
5.       Bandingkan standar dengan kita;
6.       Rencanakan target untuk mencapai standar,
7.       Rumuskan cara-cara program untuk mencapai target

C)        Jaminan Kualitas
Suatu teknik untuk menentukan bahwa proses pendidikan telah berlangsung sebagaimana seharusnya. Dengan teknik ini akan dapat dideteksi adanya penyimpangan yang terjadi pada proses. Teknik menekankan pada monitoring yang berkesinambungan, dan melembaga, menjadi subsistem sekolah.

Jaminan Kualitas akan menghasilkan informasi, yang :
1)      Merupakan umpan balik bagi sekolah;
2)    Memberikan jaminan bagi orang tua siswa bahwa sekolah senantiasa memberikan pelayanan terbaik bagi siswa.
Untuk melaksanakan Jaminan Kualitas menurut Bahrul Hayat (2000), maka sekolah harus :
1)             Menekankan pada kualitas hasil belajar;
2)             Hasil kerja siswa dimonitor secara terus menerus;
3)      Informasi dan data dari sekolah dikumpulkan dan dianalisis untuk memperbaiki proses di sekolah.;
4)             Semua pihak mulai kepala sekolah, guru, pegawai administrasi, dan juga orang tua siswa harus memiliki komitmen untuk secara bersama mengevaluasi kondisi sekolah yang kritis dan berupaya untuk memperbaiki.
                      
D)         Kualitas Kontrol
Suatu sistem untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan kualitas output yang tidak sesuai dengan standar. Kualitas kontrol memerlukan indikator kualitas yang jelas dan pasti, sehingga dapat ditentukan penyimpangan kualitas yang terjadi.